THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Kamis, 17 Februari 2011

Kenalan dengan para Punakawan

Punakawan merupakan sebutan bagi empat orang abdi yang bertugas sebagai penasehat dan pemberi petuah bijak bagi para tokoh Pandawa. Mereka mendampingi para Pandawa dimanapun mereka berada, baik dalam susah maupun senang. Keempat Punakawan ini menggambarkan cipta, rasa, karsa, dan karya.


Semar

Semar memiliki nama lengkap Semar Badranaya. Badra berarti rembulan atau keberuntungan baik. Sedangkan Naya berarti prilaku bijaksana. Semar Badranaya mengandung makna, di dalam sikap bijaksana tersimpan keberuntungan baik bak orang kejatuhan rembulan. Sering dikisahkan tokoh semar menjadi rebutan para raja karena dengan semar dipihaknya mereka selalu memiliki keberuntungan baik.

Semar digambarkan memiliki kekuatan tersembunyi, karena dianggap sebagai titisan dewa, sering menjadi tokoh penengah dan penyelamat. Meskipun hanya rakyat biasa dan seorang pembantu (punakawan), ia adalah pengayom bangsawan, khususnya keluarga Pandawa.



Cepot (Astrajingga)


Tokoh banyolan yang paling sering ditonjolkan para dalang wayang golek adalah Cepot.

Cepot alias Astrajingga adalah anak tertua dari Semar. Ibunya bernama Sutiragen.

Tokoh ini memiliki sifat yang humoris, meskipun demikian lewat humor humornya dia memberikan nasehat petuah dan kritik sehingga ia menjadi pusat lelucon setiap pertunjukkan golek.

Lakonnya biasanya dikeluarkan oleh Dalang di tengah kisah untuk menyampaikan pesan bebas bagi pemirsa dan penonton baik itu nasihat maupun sindiran yang tentu saja disampaikan secara humor.


Dawala

Dawala merupakan Punakawan yang digambarkan memiliki hidung mancung, muka bersih, sabar, setia, dan penurut. Tetapi kurang cerdas dan kurang begitu trampil.

Biasanya dimunculkan bersamaan dengan Astrajingga alias Cepot dan Semar sebagai teman/partner humor


Gareng

Dalam Wayang golek tokoh Gareng adalah anak terakhir dari Semar. Sama seperti tokoh Astrajingga dan Dawala, tokoh Gareng biasanya dikeluarkan sebagai hiburan antara tokoh wayang dengan audiens.

Dengan adanya tokoh Punakawan, pagelaran cerita wayang menjadi lebih hidup karena ada dialog dan interaksi antara dalang (wayang) dengan audiens.

Tokoh Punakawan seringkali menjadi sentral dalam menyampaikan pesan dan nasehat agar lebih mudah dicerna oleh audiens.

Pandawa Lima

Pandawa (Panca Pandawa) merupakan sebutan bagi kelima putra Prabu Pandu Dewanata, raja Kerajaan Astina Pura. Dia memiliki dua orang istri, yaitu: Dewi Kuntitalibrata dan Dewi Madrim. Dari pernikahannya dengan Dewi Kunti, ia memiliki 3 orang putra, yaitu: Yudhistira, Bima, dan Arjuna. Sedangkan dengan Dewi Madrim memiliki putra kembar bernama Nakula dan Sadewa.
Kelima putra ini dibesarkan oleh Dewi Kunti, karena Prabu Pandu Dewanata dan Dewi Madrim telah wafat sewaktu mereka semua masih kecil.


Yudhistira atau sering disebut juga Puntadewanata adalah Pandawa tertua. Memiliki sifat penyabar, jujur, suka menolong sesama, mencintai orang tua dan melindungi saudara-saudaranya. Ia ahli dalam hal kerohanian, sehingga disebut berdarah putih dan mementingan perdamaian, persatuan dan kesejahteraan bersama. Yudistira dianugrahi senjata pusaka Jamus Kalimasada yang memiliki kekuatan untuk memberikan perlindungan dan petunjuk pada kebenaran dan kesejahteraan.


Pandawa yang kedua adalah Bima atau Werkodara atau Bratasena. Arti nama Bima adalah setia pada satu sikap. Ia tidak suka berbasa-basi, dan tidak pernah menjilat ludahnya sendiri. Sifatnya jujur, tidak sombong, patuh pada para gurunya, dan juga sangat mencintai ibu dan saudara-saudaranya. Selain memiliki kekuatan yang luarbiasa yaitu mampu membongkar gunung dan menguasai kekuatan angin, kesaktiannya terletak pada Kuku Pancanaka di tangan kanan dan kirinya. Bima adalah perlambang kekuatan dari Panca Pandawa.


Pandawa yang ketiga adalah Arjuna. Wajahnya sangat tampan hingga mempesona hampir semua wanita. Ia juga mahir memanah, ksatria yang cerdik dan pintar, penolong sesama, ahli bertapa, dan ahli dibidang kebudayaan dan kesenian. Arjuna memiliki beberapa nama, diantaranya: Janaka, Pandupura, Kuntadi, dll.


Nakula adalah saudara tua dari pasangan putra kembar Nakula dan Sadewa. Meskipun berbeda ibu dengan saudara yang lain, persaudaran mereka tetap erat. Nakula dikenal juga dengan nama Raden Pinten. Selain sakti, berbudi pekerti luhur, ia juga ahli dalam bidang pertanian.


Walaupun merupakan ksatria termuda dari Panca Pandawa, Sadewa tidak kalah dengan kakak-kakaknya. Ia juga sangat sakti, berbudi pekerti luhur, mencintai orang tua dan sesama, berbeda dengan Nakula yang ahli dalam pertanian maka Sadewa ahli dalam peternakan. Sadewa dikenal juga dengan nama Raden Tangsen.
Nakula dan Sadewa mencerminkan tingkahlaku untuk mencapai kesejahteraan hidup atau kemakmuran hidup.

WAYANG KULIT

Wayang kulit adalah seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Jawa. Wayang berasal dari kata Ma Hyang artinya menuju kepada yang maha esa, . Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang yang juga menjadi narator dialog tokoh-tokoh wayang, dengan diiringi oleh musik gamelan yang dimainkan sekelompok nayaga dan tembang yang dinyanyikan oleh para pesinden. Dalang memainkan wayang kulit di balik kelir, yaitu layar yang terbuat dari kain putih, sementara di belakangnya disorotkan lampu listrik atau lampu minyak (blencong), sehingga para penonton yang berada di sisi lain dari layar dapat melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir. Untuk dapat memahami cerita wayang(lakon), penonton harus memiliki pengetahuan akan tokoh-tokoh wayang yang bayangannya tampil di layar.

Secara umum wayang mengambil cerita dari naskah Mahabharata dan Ramayana, tetapi tak dibatasi hanya dengan pakem (standard) tersebut, ki dalang bisa juga memainkan lakon carangan (gubahan). Beberapa cerita diambil dari cerita Panji.

Pertunjukan wayang kulit telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan berharga ( Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity ). Wayang kulit lebih populer di Jawa bagian tengah dan timur, sedangkan wayang golek lebih sering dimainkan di Jawa Barat.


Jenis-jenis Wayang Kulit Berdasar Daerah :

* Wayang Kulit Gagrag Yogyakarta
* Wayang Kulit Gagrag Surakarta
* Wayang Kulit Gagrag Banyumasan
* Wayang Kulit Gagrag Jawa Timuran
* Wayang Bali
* Wayang Kulit Banjar (Kalimantan Selatan)
* Wayang Palembang (Sumatera Selatan)
* Wayang Betawi (Jakarta)
* Wayang Cirebon (Jawa Barat)
* Wayang Madura (sudah punah)
* Wayang Siam

Istilah-Istilah Dalam Seni Tari

Alus Impur . Tipe tari putera halus gaya Yogyakarta untuk ksatria yang halus dan rendah hati seperti Arjuna, Rama, Laksamana, Panji dan Darmawulan. Gerak-gerak lengannya agak terbuka, banyak menggunakan desain lengan simetris serta menggunakan sampur. Tipe tari ini juga sering hanya disebut impur.
Alus Kalang Kinantang. Tipe tari putera halus gaya Yogyakarta untuk ksatria yang halus tetapi dinamis seperti misalnya Salya, Bisma dan Wibisana. Gerak-gerak lengannya agak terbuka, banyak menggunakan desain dengan asimetris serta mengunakan sampur. Tipe tari ini juga disebut kagok kinantang

Andhe-andhe Lumut. Drama tari rakyat yang banyak berkembang di daerah Bantul dan Kulon Progo. Drama tari ini berisi ceritera Andhe – andhe Lumut. Yaitu cerita Panji. Pertunjukan ini diiringi seperangkat gamelan laras slendro atau pelog . Dahulu hanya ditarikan oelh penari pria saja, tetapi perkembanan sekarang tidak demikian. Gerak tarinya mendapat pengaruh dari wayang wong, khususnya gaya Yogyakarta. Para penari menyampaikan dialognya dengan bentuk tembang dan prosa.
Apit Ngajeng. Penari pertama dari kanan penonton pad lajur pertama dari rakitan bedhaya gaya Yogyakarta.
Apit Wingking. Penari pertama dari kanan penonton pada lajur ketiga dari rakitan bedhaya gaya Yogyakarta.
Badui. Sejenis rodhat yang banyak berkembang di daerah Sleman. Penarinya anatar 20 sampai 80 orang saling berpasangan. Penari-penarinya membawa kipas dan sapu tanga. Dialog yang dibawakan berbentuk nyanyian dan sholawat dengan bahsa maupun bahasa Indonesia serta bahasa Jawa. Gerak tarinya dilakukan dengan posisi berdiri. Setiap berganti gerakn dengan tenda peluit yang dibunyikan oleh pimpinan penari itu. Tari Badui dari Sleman pernah mendapatkan juara pertama pada festival tari-tarian rakyat Indonesia di Jakarta pada tahun 1977.
Ballet, Ramayana. Drama tari tanpa dialog Yogyakarta yang membawakan cerita dari epos Ramayana. Istilah balet yang berasal dari bahasa Perancis, ballet mempunyai arti yang sama dengan istilah sendratari. Kata ballet banyak dipergunakan oleh grup-grup tari Ramayana yang menyelenggarakan pertunjukan untuk para wisatawan.
Bango Mate. Ragam gerak dengan tangan kiri ngruji, tangan kanan nyempurit. Seperti gerak seekor burung bango. Gerak ini terdapat pada tari puteri gaya Yogyakarta.
Bangun Siswa. Sejenis Kobra Siswa, di tengah-tengah pertujukan ada demonstrasi akrobatik. Pertunjukannya terdiri dari permaian obor di atas tali yang direntangkan pada dua ujung bambu yang tingginya kurang lebih lima belas meter.
Bapang Dhengklik Keplok Asta. Tipe tari putera gagah gaya Yogyakarta untuk peranan-pranan bala tentara raksasa. Kata dhengklik menunjukan ciri gerak salah satu kaki yang diangkat ke atas dan ditetapkan dengan tekukan lutut dan tekanan. Untuk bala tentara raksasa digunakan posisi tangan yang yang disebut keplok asta yang berarti “bertepuk tangan”
Bapang Dhengklik Keplok Asta Usap Rawis. Tipe tari putera gagah gaya Yogyakarta khusu untuk para jin raksasa yang mempunyai watak tidak baik.
Bapang Kentrog. Tipe tari putera gagah gaya Yogyakarta khusu untuk tari Bugis gaya Yogyakarta. Gerak-geraknya bersumber pada bapang, tetapi ditambah dengan gerak kentrong yaitu gerak meloncat-loncat di atas satu aki.
Bapang Sekar Suhun Dhengklik. Tipe tari putera gagah gaya Yogyakarta untuk peranan-peranan raja raksasa atau pangeran raksasa seperti Prabu Newata Kawaca dan Kumbakarna. Sekar suwun adalah nama posisi lengan yang selalu mengarah ke atas dan yang lain mengarah diagonal ke bawah. Kata dhengklik menunjukan ciri gerak salah satu kaki yang diangkat ke atas ditapakan dengan tekukan dan tekanan.
Bapang Ukel Asta. Tipe putera gagah gaya Yogyakarta khusus untuk dewa yang berwatak humor yaitu Bathara Narada.
Barong. Tokoh binatang dalam Jathilan atau Incling. Barong yang sering disebut barongan ini ditarikan oleh dua orang berkerudung kain atau bagor, sehingga berbentuk binatang besar. Satu orang berada di muka menggerak-gerakkan kepalanya, sedang satunya berada di belakang menggerak-gerakkan pantat dan ekornya. Barongan ini berkepala binatang besar dengan mulut yang besar, tetapi tidak jelas jenis binatangnya.
Batak. Penari kedua dari kanan penonton pada lajur tengah dari rakitan bedhaya gaya yogyakarta. Bersama endhel pajeg, penari batak memegang peranan penting dari cerita yang dibawakan oleh bedhaya. Pada bedhaya yang menceritakan Srikandhi Meguru Manah, penari Batak inilah yang berperan sebagai Srikandhi, sedangkan penari endhel pajeg berperan sebagai Arjuna.
Beber. (1) Jenis wayang yang cara pertunjukannya membentangkan kain yang telah digambari dengan gambar-gambar wayang dan telah dibri warna, mengambil cerita dari siklus Panji. Wayang beber sekarang masih terdapat di Desa Panung daerah Pacitan, jawa Timur. (2) Cara menawarkan di dalam pertunjukan gamelan ngamen dengan membunyikan kendhang sedemikan rupa agar diketahui oleh khalayak ramai agar menanggapnya.
Bedhah Bumi. Penari ngibing pertama pada tari tayub, biasanya pada upacara bersih desa yang mengawali menari ngibing adalah tuan rumah penyelenggara. Bedhah bumi mempunyai arti simbolis, yaitu melakukan persetubuhan, bedhah berarti membuka (njebol) yatitu penari putranya, sedang bumi artinya tanah yaitu penari putrinya.Upacara itu merupakan simbol kesuburan tanah pada waktu bersih desa sesudah panen.
Botoh. (1) Dua orang juru pemisah atau wasit pada tari Lawung gaya Yogyakarta yang berfumgsi sebagai pemberi aba kapan latihan perang dimulai dan berakhir serta memimpin jalannya latihan. Botoh menggunakan tipe tari putera gagah kalang kinantang raja. (2) Penjudi.
Arjunawiwaha, Bedhaya. Bedhaya gaya Yogyakarta hasil pengolahan Raden Lurah Sasmitamardawa dari Kawedanan hageng Punakawan Krida Mardawa Keraton Yogyakarta pada tahun 1976, mengambil cerita ketika Arjuna bertapa di Indrakila dengan segala macam godaan membunuh Niwatakawaca untuk kemudian dinobatkan menjadi raja bidadari. Iringan gendhing Ranumanggala, Pelog nem.
Dewa Ruci. Bedhaya. Komposisi tari bedhaya gaya Yogyakarta yang disusun oleh Sudharsono Pringgobroto pada tahun 1946, yang dipentaskan pertama kali pada pembukaan Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta. Kostum, teknik tari, maupun jumlah penarinya sama dengan bedhaya klasik, tetapi tema yang dibawakan ialah cerita Dewa Ruci, suatu episode dalam epos Mahabarata yang menggambarkan peristiwa ketika Bima sedang dicoba oleh gurunya, yaitu Durna, untuk mencari air hidup di dasar samodra. Setelah segala rintangan dapat diatasi, Bima bertemu dengan Dewa Ruci yang memberinya petunjuk-opetunjuk yang baik.
Laleha, Bedhaya. Bedhaya dengan iringan gendhing Laleha serta merupakan salah satu bedhaya ciptaan zaman Sultan Hamengkubuwono VI, mengambil serat Harjunasasra ketika perang melawan Sumantri.
Lambangsari, Bedhaya. Bedhaya yang menggunakan gendhing Lambangsari sebagai pengiringnya, serta diciptakan pada zaman Sultan Hamengkubuwono VII di Yogyakarta. Tarian ini berisikan pertemuan percintaan Panembahan Senapati dari Mataram dengan Kajeng Ratu Kidul di pantai Laut Selatan ( Samudra Indonesia).
Manten, Bedhaya. Komposisi tari bedhaya gaya Yogyakarta yang menggambarkan proses upacara perkawinan menurut adat Jawa, diciptakan oleh Sultan hamengkubuwono IX pada tahun 1943. Teknik tari dan pakain tarinya seperti bedhaya yang lain, tetapi penarinya hanya berjumlah enam orang.
Pangkur, Bedhaya. Bedhaya dengan urutan gendhing pengiring : Ketawang Pangkur gendhing kemanak Ladrang Kembangpepe dalam larasd slendro pathet manyura.
Prabudewa, Bedhaya. Bedhaya ciptaaan Sultan yang kemudian pada zaman Sultan Hamengkubuwono VI diolah kembali, serta dihadiahkan sebagai pusaka bedhaya di Kadipaten.
Revolusi, Bedhaya. Komposisi tari bedhaya gaya Yogyakarta yang disusun oleh Sudharso Pringgobroto pada tahun 1959. Tema yang dibawakan menggambarklan rangkaian peristiwa sejarah Indonesia dimulai sejak zaman penjajahan Belanda sampai zaman pemulihan keamanan tahun 1950 yang menggambarkan secar simbolis. Bedhaya Revolusi juga dibawakan oleh sembilan penari puteri, tetapi pakaiannya menggunakan pakaian puteri pada wayang wong gaya Yogyakarta dan rias muka serta kepalanya menggunakan rias pengantin puteri Yogyakarta.
Sapta, Bedhaya. Komposisi tari bedhaya yang disusun oleh Tumenggung Purbaningrat pada tahun empatpuluhan, ditarikan oleh tujuh orang penari wanita. Bedhaya Sapta ( sapta berarti tujuh) mengisahksn cerita ketika Sultan Agung (1613 – 1645) , raja Mataram III membuat batas antara Mataram dengan Pasundan.
Sejarah Taman Siswa, Bedhaya. Komposisi tari bedhaya yang disusun Sudharso Pringgosubroto pada tahun 1952, menggambarkan sejarah berdirinya Perguruan Taman Siswa pada tahun 1922 dengan tokohnya Ki hajar Dewantara. Kostum, teknik tari dan jumlah penarinya sama dengan bedhaya klasik, hanya temanya saja yang baru.
Begalan. (1) Kesenian rakyat yang banyak berkembang di daerah BAnyumas. Kesenian rakyat berisikan wejangan –wejangan, sehingga pertunjukannya sering untuk meramaikan pesta perkawinan. Pertunjukan ini yang dipentingkan dialognya, sedang gerask tarinya sederhana dan sifatnya spontan yang dipengaruhi gerakan tari Jawa dan tari Sunda. Isi ceritanya tidak jelas, hanya terdiri dari dua penari, yatitu sebagai pembegal dan yang dibegal, sebagai simbol antar kebaikan dan kejahatan . (2) Pada wayng kulit adalah perang kembang, yaitu perang yang terjadi setelah gara-gara, yakni perang antara seorang ksatria melawan seorang raksasa yang biasanya disebut buta begal.
Beksa Alus. Teknik tari putra halus gaya Yogyakarta yang dipergunakan untuk peranan-peran ksatria halus dari Mahabarata, Ramayana, Panji dan Darmawulan seperti Arjuna, Kresna, Rrama, Laksamana, Panji, Darmawulan dan lain-lain. Ciri khas tipe putera halus ialah posisi kaki terbuka rendah, langkah sedang, pengangkatan kaki rendah, posisi lengan agak terbuka, gerak-geriknya lambat kecuali pada gerak perang. Beksa alus, bahasa jawa Krama ( tinggi, halus) dari joged alus lazimnya dibawakan oleh laki-laki yang berperawakan sedang agak langsing.
Beksa Gagah. Teknik tari putera gagah gaya Yogyakarta yang dipergunakan untuk peranan-peranan ksatria gagah perkasa dari epos Mahabarata, Ramayana, Panji, Darmawulan dan sebagainya, seperti Bima, Baladewa, Rahwana, Klana, Sewandana, Menakjingga dan sebagainya. Ciri khas tipe putera gagah ialah posisi kaki terbuka agak cepat. beksa gagah, bahasa jawa Krama (halus, tinggi) dari Joged gagah lazimnya dibawakan oleh laki-laki yang berperawakan kokoh dan tinggi.
Putri., Beksa. Teknik tari puteri gaya Yogyakarta yang dipergunakan untuk tari bedhaya, srimpi, golek serta peranan-peranan puteri dalam berbagai drama tari Jawa. Cir khas tipe tari puteri ialah posisi kaki tertutup, langkah sangat kecil, posisi lengan agak tertutup, gerak kepala kecil tanpa tekanan, tekukan-tekukan anggota badan tidak tajam, gerak-geraknya lambat. Beksa putri lazimnya ditarikan oleh wanita, kecuali sebelum tahun 1918 untuk golek dan peranan-peranan puteri dalam wayang wong, Langendriya dan langen Mandrawanara dibawakan oleh penari laki-laki yang masih remaja, berperawakan ramping dan berparas cantik.
Bindi. (1) Senjata perang pada tari putera gagah Yogyakarta yang berupa alat pemukul yang berbentuk silinder. (2) tabuh (alat pemukul ) Bonang, Kethuk, Kempyang dan Kenong.
Bliu Tau. Cara belajarmemainkan salah atu instrumen gamelan misalanya rebab tetapi tanpa metode yang benar, umumnya hanya dengan mendengarkan kemudian menirukan.
Bronjong Kawat. Sikap tangan seperti orang makan nasi tanpa menggunakan sendok maupun garpu, yaitu menggunakan jari-jari untuk mengambil makan. Sikap dilakukan agar nampak kaku.
Bugis. Komposisi tari berpasangan gaya Yogyakarta yang dibawakan oleh satu atau dua pasang penari, dengan menggunakan tipe tari putera gagah yang khas untuk Bugis yaitu bapang kentrong.Tari ini diperkirakan lahir di luar istana pada abad ke-19, menggambarkan prajurit-prajurit dari suku bugis dari Sulawesi Selatan yang sedang berlatih perang.
Buntil. Penari nomor 7 pada lajur tengah dari rakitan bedhaya gaya Yogyakarta.
Cakilan.(1) jenis tarian raksasa. (2) bambu bulat kecil besarnya kurang lebih dua pertiga cm panjangnya dua setengah cm, digunakan sebagai alat penahan bilahan gender, slenthem yang diikatkan pada pluntur.
Cancutan. Sering juga disebut cawetan yaitu cara berkain untuk peranan kera khususnya gaya Yogyakarta.
Canthang Balung. Salah satu penari pada tari golek gambyong. Canthang balung merupakan tokoh antagonis dan digambarkan sebagai tokoh unik.
Cekehan. Gerakan kaki pada tari kuda kepang, yaitu berjalan dengan kaki merendah atau mendhak, tetapi waktu akan melangkah kaki diangkat agak tinggi dengan meloncat sedikit. Gerakan ini bisa dijalankan maju dan mundur, iramanya pelan.
Cepet. Tokoh dalam tari Jathilan atau Incling yang memakai topeng menutup seluruh muka. Dalam pertunjukan ini ada dua penari, yaitu cepet lanang topengnya berwarna hitam, dan cepet wadon topengnya berwarna putih. Dua tokoh ini juga sering disebut Cepetan atau Kecepet.
Cindhil Ngungak Tumpeng. Ragam gerak menirukan seekor anak tikus (cindhil) yang melihat sekejap (ngungak) segunduk nasi (tumpeng). Gerak ini terdapat pada tari gagah Yogyakarta atau peranan yang akan kurang ajar.
Cipta Budhaya. Organisasi pendidikan tari swasta gaya Yogyakarta yang ada di Yogyakarta yang sekarang tidak aktif lagi.
Coklekan. Gerak tekukan kepala ke samping kiri atau kanan pada tari gaya Yogyakarta.
Congklang. gerak tari pada tari kuda kepang mirip dengan gerak drap (lihat drap), tetapi kakinya lurus tidak ditekuk, iramanya agak pelan daripada drap.
Congoran. Sering pula disebut cangkeman, dan berfungsi sebagai topeng, tetapi hanya menutup bagian mulut. Untuk bagian muka lainnya diberi rias. Gaya Yogyakarta congoran dipakai dalam Langenmandra Wanara.
Contemporary Dance School Wisnuwardhana. Lembaga pendidikan tari kreasi baru swasta yang didirikan oleh Wisnuwardhana (lihat Wisnuwardhana).
Cundrik. Prop tari sebagai senjata untuk perang, bentuknya seperti keris, tetapi tanpa warangka. Prop tari ini biasanya dipakai untuk peranan putri, khususnya dalam Wayang Wong atau tari gaya Surakarta.
Damarwulan. Cerita seni historis dari Jawa asli yang menggambarkan seorang kesatria bernama Damarwulan yang bersedia membela kerajaan Majapahit terhadap pemberontak Adipati Menakjingga dari Blambangan. damarwulan berhasil membunuh Menakjingga, dan dapat melestarikan cintanya dengan Dewi Anjasmara, putri Patih Logender dari Majapahit. Cerita ini merupakan tema dari drama tari opera Jawa gaya Yogyakarta yang bernama Langendriya. Damarwulan juga sering dipentaskan dalam drama tari baru yang bernama sendratari.
Deder Sampur. Sampur yang digarap sebagai anak panah yang ditumpangkan pada lengan kiri, serta ditarik dengan jari tangan kanan.
Dhadha. (1) Penari nomor 6 pada jalur tengah dari rakitan bedhaya (lihat rakitan bedhaya) gaya Yogyakarta. (2) Nama nada di dalam gamelan (lihat gamelan). Untuk pencatatannya biasa diganti dengan angka 3, untuk laras slendro dan laras pelog.
Dhadha Mungal. Dada (dhadha) diangkat ke atas (mungal). Posisi ini adalah posisi dada yang baik pada tari gaya Yogyakarta.
Dhuduk. Wanita yang bertugas menladeni menyampaikan senjata prang seperti perisai dan panah kepada penari Srimpi gaya Yogyakarta.
Drap. Gerakan kaki pada tari kuda kepang di daerah Temanggung, gerakannya lari dengan kakai diangkat agak tinggi dan ditekuk, iramanya cepat.
Duduk Wuluh. ragam gerak mengan kiri dan kanan dengan gerak ngoyog ke samping, diakhiri dengan lengan kiri mengarah diagonal lurus ke bawah, lengan kanan dalam posisi ditekuk seperti bertolak pinggang. Gerak ini terdapat pada tari puteri gaya Yogyakarta.
Ebeg. Sejenis Emblek yang banayak berkembang di daerah Banjarnegara. para penari naik kuda kepang dengan membawa pedang, biasanya memakai kacamata yang bermacam-macam warnanya. pada klimaks pertunjukannya juga diadakan perang dengan permainan kaca cermin yang memantulkan sinar ,atahari yang ditujukan kepada lawannya.
Emblek. Sejenis jathilan dari Kedu di daerah pegunungan. Pemainnya terdiri dari 7 orang, enam orang penari kuda kepang yang berpasanga-pasangan, satu sebagai pemimpinnya. Pertunjukannya dengan perang-perangan serta perang dengan permainan kaca yang memantulkan sinar matahari yang ditujukan kepada musuhnya. Biasanya mereka menari berputar-putar sampai ada yang tak sadar dan kemasukan roh halus ( ndadi ).
Encot. Gerak seluruh badan ke bawah setelah berhenti digerakan kembali ke atas. gerak ini terdapat pada tari puteri dan putera halus gaya Yogyakarta.
Encot-encot asta. Ragam gerak kaki encot yang diakkhiri denganlengan kanan diluruskan diagonal ke bawah. gerak ini terdapat pada tari putri gaya Yogyakarta.
Pajeg, Endhel. Penari nomor 3 pada lajur tengah dari rakitan bedhaya gaya Yogyakarta. Bersama batak penari ini memegang peranan penting dari cerita yang dibawakan oleh bedhaya. Pada bedhaya yang menceriterakan Srikandhi Meguru Manah, penari endhel pajeg inilah yang berperan sebagai Arjuna, sedangkan penari batak berperan sebagai Srikandhi.
Wedalan Ngajeng, Endhel. Penari nomor 2 pada lajur ketiga dari rakitan bedhaya gaya Yogyakarta.
Wedalan Wingking, Endhel. Penari nomor 9 pada lajur ketiga dari rakitan bedhaya gaya Yogyakarta.
Endraya. Sikap tangan kiri naga ngelak dalam posisi di depan pusar. Sedangkan tangan kanan dengan sikap tangan ambaya mangap telentang dengan ujung jari menyentuh pinggang kanan.
Engkrang. Ragam gerak tangan kiri dan kanan dengan posisi sampur nyanthok dan kemudian sampur dilemparkan ke luar. Jika gerak ini diikuti dengan mengangkat dan menekuk kaki kiri disebut engkrang kiwa. dan jika yang diangkat dan ditekuk kaki kanan disebut engkrang tengen. Engkrang dipakai untuk tari putera halus dan gagah gaya Yogyakarta dalam enjeran, yang merupakan persiapan pada tari perang.
Engkrang Mlampah. Ragam gerak engkrang yang dibarengi dengan kaki melangkah. Gerak ini terdapat pada tari putera halus dan gagah gaya Yogyakarta.
Enjeran. Tari persiapan dan pemanasan pada komposisi tari perang gaya Yogyakarta. Enjeran merupakan bagian kedua dari komposisi tari perang yang utuh yang terdiri dari empat bagian, yaitu maju gendhing, enjeran, perangan dan mundur gendhing.
Erang Sampur. Gerak menirukan sindhen, dengan menutupi bibir dan menggunakan sampur sebagai penutupnya.
Erek. Suatu gerakan jika akan perang-perangan di dalam tari sejenis Jathilan. Sebelum perang-perangan biasanya dua penari kuda kepang menggunakan gerakan erek, yaitu seperti berputar-putar membuat komposisi lingkaran.
Etheng, Beksan. Komposisi tari kelompok berpasangan gaya Yogyakarta yang ditarikan oleh 12 orang penari pria, yang diciptakan oleh Sultan Hamengku Buwono I pada abad ke-18. Tari ini merupakan tari perang yang dibawakan oleh tiga kelompok penari, yaitu kelompok yang menggunakan tipe tari putera halus 4 orang yang diadu kekuatannya, kelompok yang meggunakan tipe tari putera gagah 4 orang sebagai yang mengadu, dan kelompok pelawak yang terdiri dari 4 orang pula.
Gagah Impur. Tipe tari putera gagah gaya Yogyakarta untuk ksatria gagah tetapi palsu dalam tingkah laku seperti Prabu Suyudana dan Patih Udawa. Gerak-gerak lengannya terbuka, banyak menggunakan desain lengan simetris serta menggunakan sampur seperti pada tipe tari putera alus impur. Tipe ini juga lazim disebut kagok impur.
Kalang Kinantang, Gagah. Tipe tari putera gagah gaya Yogyakarta untuk ksatria gagah dan agresif seperti Suteja, Sentyaki, Indrajit dan sebagainya. Gerak-gerak lengan terbuka, banyak menggunakan desain lengan simetris sertamenggunakan sampur. Tipe tari ini juga sering hanya disebut kalang kinantang.
Kalang Kinantang Raja, Gagah. Tipe tari putera gagah gaya Yogyakarta untuk raja-raja gagah dan agresif seperti Baladewa dan Rahwana. Prinsip geraknya sama dengan gagah kalang kinantang, tetapi ada kelainan sedikit pada gerak-gerak tangan kirinya. Tipe tari ini juga sering hanya disebut kalang kinantang raja.
Kembang, Gagah. Tipe tari putera gagahgaya Yogyakarta untuk ksatria gagah dan jujur serta teguh pendiriannya seperti Bima, Gathutkaca gaya Yogyakarta, Antareja dan Antasena. Gerak-gerak lengannya terbuka, banyak menggunakan desain lengan simetris serta menggunakan posisi tangan ngepel tanpa sampur. Tipe tari ini juga lazim disebut kambeng.
Gajahan. Ragam gerak dengan salah satu lengan ditekuk ke atas hingga tangan berada di dekat telinga, lengan yang lain diagonal ke bawah dilakukan bergantian kiri dan kanan. Gerak ini dipakai pada tari putera gaya Yogyakarta.
Gajah Ngoling. Ragam gerak kedua belah tangan di atas telinga kanan dan kiri seperti seekor gajah yang sedang ngoling (menggeliat) dengan melambaikan belalainya ke atas pada tari gaya Yogyakarta. gerak ini dipakai pada tari bedhaya dan srimpi.
Gambyong. (1) Nama dari salah satu peran penari yang ada dalam tari Golek Gambyong. (2) nama dari bonang nada gamelan carabalen.
Gambyongan. (1) Nama dari suatubentuk gendhing. (2) Suatu bentuk irama dalam gamelan Jawa.
Gapruk. Gerak beradu senjata yang lazimnya gada, pedang atau tombak pada tari perang putera gagah gaya Yogyakarta. Gapruk berarti beradu.
Gebesan. Gerak kepala pada tari kuda kepang mirip pacak gulu, geraknya sederhana yaitu kepala digerakkan ke kanan dan ke kiri bersama-sama dengan menggerakkan kepala kuda kepang.
Gedheg. Menggelengkan kepala ke kiri dan ke kanan pada tari putera gaya Yogyakarta. Gerak kepala ini biasanya dipergunakan oleh peranan-peranan yang bertopeng agar muka nampak hidup..
Gedrug. Gerak menghentakkan salah satu kaki kiri atau kanan ke lantai dengan ujung kaki di belakang kaki yang lain pada tari puteri dan putera halus gaya Yogyakarta. Jika yang dihentakkan kaki kiri bernama gedrug kiwa, dan bila yang dihentakkan kaki kanan bernama gedrug tengen. Kiwa berarti kiri, tengen berarti kanan.
Gelar. Strategi perang klasik yang banyak dipergunakan pada drama tari klasik seperti wayang wong gaya Yogyakarta. Gelar ini ada bermacam-macam, antara lain Gelar Garudha Nglayang yang bentuk formasinya seperti burung garuda yang sedang melayang, Gelar Emprit Neba yang bentuk formasinya seperti burung emprit dalam jumlah banyak yang sedang beterbangan, Gelar Wulan Tumunggal yang bentuk formasinya melengkung seperti bulan yang baru saja menginjak hari pertama, Gelar Dirada Meta yang bentuk formasinya seperti seekor gajah yang sedang marah, dan lain-lain.
Gendhewa. Busur panah, yaitu bagian untukmelepaskan anak panah. Di dalam wayang wong gendhewa sering dibawa untukmenunjukkan bahwa yang membawa adalah ksatria.
Genjotan. Gerak langkah besar ke samping kiri atau kanan disertai dengan tekanan.Gerak ini terdapat pada tari putera gagah gaya Yogyakarta.
Genjring. Nama instrument, bentuknya seperti terbang kecil tetapi pada bagian kayu diberi lubang untuk menempatkan logam-logam yang tipis. Genjring disebut pula tamper atau kerincing.
Genukan. Sama dengan grimingan. Istilah ini umumnya dipakai pedhalangan Yogyakarta.
Gidrah. Ragam gerak yang diakhiri dengan mempertemukan tangan kiri dan kanan di depan perut. Gerak ini dipakai pada tari puteri gaya Yogyakarta.
Gladhi Resik. Istilah ini dipakai untuk menyebut latihan yang terakhir sebagai suatu persiapan pentas atau pertunjukan tari. Menurut tradisi para peran putera mengenakan celana panji-panji, kain sapit urang ( bisa juga memakai kain wiron biasa), sabuk bara kamus timang, keris, tanpa baju, udheng. Sedang untuk puteri dengan kain, kebaya, gelung tekuk atau ukelan biasa.
Asmaradana, Golek. Jenis tari golek gaya Yogyakarta yang diiringi gendhing Asmaradana.
Ayun-ayun, Golek. Jenis tari golek gaya Yogyakarta yang diiringi gendhing ayun-ayun.
Golek Surenggraha. Jenis tari golek gaya Yogyakarta yang diiringi gendhing Surenggraha dicipta Tumenggung Purwadiningrat pada tahun 1967 dan merupakan Golek yang tertua di Yogyakarta.
Guntur Segara. Komposisi tari kelompok berpasangan gaya Yogyakarta yang dibawakan oleh empat orang penari putera, menggunakan tipe tari putera gagah. Tari yang menggambarkan perang antara dua pasang ksatria ini dicipta oleh Sultan Hamengkubuwono I pada abad ke – 18. Kedua pasang ksatria ittu ialah Jayasena yang ditarikan oleh kedua orang penari dan Guntur Segara yang ditarikan oleh dua orang penari pula. Kedua ksatria yang berperang itu adalah tokoh-tokoh dari cerita Panji.
Impang Encok. Ragam gerak dengan kaki kanan menyilang kaki kiri yang diakhiri dengan gerak kaki encot. Gerak ini terdapat pada tari puteri gaya Yogyakarta.
Impang Lembehan. Ragam gerak dengankaki kanan menyilang kaki kiri, dengan diikuti oleh gerak tangan melenggang (lembehan). Gerak ini terdapat pada tari puteri gaya Yogyakarta.
Impang Ngawer Udhet. Ragam gerak dengankaki kanan menyilang kaki kiri tangan kiri ragam ke depan dengan posisi ngruji, tangan kanan memegang udhet (belendang) dengan digerak-gerakan ke atas dank e bawah. Gerak ini terdapat pada tari puteri gaya Yogyakarta.
Indra. Gerak pada tari Bandabaya gaya Paku Alam di mana secara berulang dilakukan dalam sikap yang sama yaitu kaki kanan melangkah diikuti kaki kiri gedrug di dekat tumit kanan. Sedangkan kiri membawa tameng di dekat pinggang dan kanan membawa pedang, lengan lurus dekat paha dan pedang lurus bagian tajam di atas.
Jajar. Empat penari putera pada tari Lawung gaya Yogyakarta yang berstatus sebagai prajurit. Jajar menggunakan tipe tari putera bapang.
Jongko Ngilo. Ragam gerak bercermin pada tari putera gaya halus dan gagah gaya Yogyakarta yang dilakukan dengan tangan kiri memegang sampur dengan posisi miwir dan tangan kanan nyempurit.Jangko berarti “tinggi”, ngilo berarti “bercermin”. Gerak ini dipakai pada enjeran yangmerupakan bagian persiapan dari tari perang.
Jangkung Miling. Ragam gerakan lengan dengan mencangkolkan sampur pada siku kiri dan kanan yang diikuti oleh gerak kepala yang disebut miling. Gerak ini terdapat pada tari puteri gaya Yogyakarta.
Jaran Penumbuk. Penari kuda kepang dalam tari Dhoger yang berfungsi sebagai penari utama. Biasanya penarinya adalah penari dhadhak merak sampai ndadi, setelah sadar terus ganti menari jaran penumbuk juga sampai ndadi.

TARIAN SUKU DAYAK

1. Tari Gantar
Tarian yang menggambarkan gerakan orang menanam padi. Tongkat menggambarkan kayu penumbuk sedangkan bambu serta biji-bijian didalamnya menggambarkan benih padi dan wadahnya.
Tarian ini cukup terkenal dan sering disajikan dalam penyambutan tamu dan acara-acara lainnya.Tari ini tidak hanya dikenal oleh suku Dayak Tunjung namun juga dikenal oleh suku Dayak Benuaq. Tarian ini dapat dibagi dalam tiga versi yaitu tari Gantar Rayatn, Gantar Busai dan Gantar Senak/Gantar Kusak.
2. Tari Kancet Papatai / Tari Perang
Tarian ini menceritakan tentang seorang pahlawan Dayak Kenyah berperang melawan musuhnya. Gerakan tarian ini sangat lincah, gesit, penuh semangat dan kadang-kadang diikuti oleh pekikan si penari.
Dalam tari Kancet Pepatay, penari mempergunakan pakaian tradisionil suku Dayak Kenyah dilengkapi dengan peralatan perang seperti mandau, perisai dan baju perang. Tari ini diiringi dengan lagu Sak Paku dan hanya menggunakan alat musik Sampe.
3. Tari Kancet Ledo / Tari Gong
Jika Tari Kancet Pepatay menggambarkan kejantanan dan keperkasaan pria Dayak Kenyah, sebaliknya Tari Kancet Ledo menggambarkan kelemahlembutan seorang gadis bagai sebatang padi yang meliuk-liuk lembut ditiup oleh angin.
Tari ini dibawakan oleh seorang wanita dengan memakai pakaian tradisionil suku Dayak Kenyah dan pada kedua tangannya memegang rangkaian bulu-bulu ekor burung Enggang. Biasanya tari ini ditarikan diatas sebuah gong, sehingga Kancet Ledo disebut juga Tari Gong.
4. Tari Kancet Lasan
Menggambarkan kehidupan sehari-hari burung Enggang, burung yang dimuliakan oleh suku Dayak Kenyah karena dianggap sebagai tanda keagungan dan kepahlawanan. Tari Kancet Lasan merupakan tarian tunggal wanita suku Dayak Kenyah yang sama gerak dan posisinya seperti Tari Kancet Ledo, namun si penari tidak mempergunakan gong dan bulu-bulu burung Enggang dan juga si penari banyak mempergunakan posisi merendah dan berjongkok atau duduk dengan lutut menyentuh lantai. Tarian ini lebih ditekankan pada gerak-gerak burung Enggang ketika terbang melayang dan hinggap bertengger di dahan pohon.
5.Tari Leleng
Tarian ini menceritakan seorang gadis bernama Utan Along yang akan dikawinkan secara paksa oleh orangtuanya dengan pemuda yang tak dicintainya. Utan Along akhirnya melarikan diri kedalam hutan. Tarian gadis suku Dayak Kenyah ini ditarikan dengan diiringi nyanyian lagu Leleng.
6. Tari Hudoq
Tarian ini dilakukan dengan menggunakan topeng kayu yang menyerupai binatang buas serta menggunakan daun pisang atau daun kelapa sebagai penutup tubuh penari. Tarian ini erat hubungannya dengan upacara keagamaan dari kelompok suku Dayak Bahau dan Modang. Tari Hudoq dimaksudkan untuk memperoleh kekuatan dalam mengatasi gangguan hama perusak tanaman dan mengharapkan diberikan kesuburan dengan hasil panen yang banyak.
7. Tari Hudoq Kita'
Tarian dari suku Dayak Kenyah ini pada prinsipnya sama dengan Tari Hudoq dari suku Dayak Bahau dan Modang, yakni untuk upacara menyambut tahun tanam maupun untuk menyampaikan rasa terima kasih pada dewa yang telah memberikan hasil panen yang baik. Perbedaan yang mencolok anatara Tari Hudoq Kita' dan Tari Hudoq ada pada kostum, topeng, gerakan tarinya dan iringan musiknya. Kostum penari Hudoq Kita' menggunakan baju lengan panjang dari kain biasa dan memakai kain sarung, sedangkan topengnya berbentuk wajah manusia biasa yang banyak dihiasi dengan ukiran khas Dayak Kenyah. Ada dua jenis topeng dalam tari Hudoq Kita', yakni yang terbuat dari kayu dan yang berupa cadar terbuat dari manik-manik dengan ornamen Dayak Kenyah.
8. Tari Serumpai
Tarian suku Dayak Benuaq ini dilakukan untuk menolak wabah penyakit dan mengobati orang yang digigit anjing gila. Disebut tarian Serumpai karena tarian diiringi alat musik Serumpai (sejenis seruling bambu).
9. Tari Belian Bawo
Upacara Belian Bawo bertujuan untuk menolak penyakit, mengobati orang sakit, membayar nazar dan lain sebagainya. Setelah diubah menjadi tarian, tari ini sering disajikan pada acara-acara penerima tamu dan acara kesenian lainnya. Tarian ini merupakan tarian suku Dayak Benuaq.
10. Tari Kuyang
Sebuah tarian Belian dari suku Dayak Benuaq untuk mengusir hantu-hantu yang menjaga pohon-pohon yang besar dan tinggi agar tidak mengganggu manusia atau orang yang menebang pohon tersebut.
11. Tari Pecuk Kina
Tarian ini menggambarkan perpindahan suku Dayak Kenyah yang berpindah dari daerah Apo Kayan (Kab. Bulungan) ke daerah Long Segar (Kab. Kutai Barat) yang memakan waktu bertahun-tahun.
12. Tari Datun
Tarian ini merupakan tarian bersama gadis suku Dayak Kenyah dengan jumlah tak pasti, boleh 10 hingga 20 orang. Menurut riwayatnya, tari bersama ini diciptakan oleh seorang kepala suku Dayak Kenyah di Apo Kayan yang bernama Nyik Selung, sebagai tanda syukur dan kegembiraan atas kelahiran seorang cucunya. Kemudian tari ini berkembang ke segenap daerah suku Dayak Kenyah.
13. Tari Ngerangkau
Tari Ngerangkau adalah tarian adat dalam hal kematian dari suku Dayak Tunjung dan Benuaq. Tarian ini mempergunakan alat-alat penumbuk padi yang dibentur-benturkan secara teratur dalam posisi mendatar sehingga menimbulkan irama tertentu.
14. Tari Baraga' Bagantar
Awalnya Baraga' Bagantar adalah upacara belian untuk merawat bayi dengan memohon bantuan dari Nayun Gantar. Sekarang upacara ini sudah digubah menjadi sebuah tarian oleh suku Dayak Benuaq.

KOMPONIS INDONESIA

Mengenal Komponis Indonesia

1. Komponis Lagu Perjuangan
• W. R. Soepratman : Indonesia Raya, Di Timur Matahari, Palindra
• Ismail Marzuki : Indonesia Pusaka, Sepasang Mata Bola
• Cornel Simanjuntak : Indonesia Tetap Merdeka, Tanah Tumpah Darahku
• Liberty Manik : Satu Nusa Satu Bangsa, Desaku yang Kucinta
• Sancaya H. R. : Palagan Ambarawa, Indah Tanahku
• H. Mutahar : Hari Merdeka, Syukur, Hymne Pramuka
• Ibu Sud : Hymne Kemerdekaan, Berkibarlah Benderaku
• Daljono : Bambu Runcing, Bendera Kita
• T. Prawit : Mengheningkan Cipta, Bersatulah
2. Komponis Lagu Keroncong
• Gesang : Lgm. Bengawan Solo, Lgm. Ali-ali
• Kelly Puspito : Lgm. Keduwung, Kr. Tanah Airku
• Hardiman : Lgm. Kesumaku, Lgm. Siapa itu, Kr. Laguku
• Sunarno : Kr. Bulan Senja, Kr. Mesra, Kr. Harapan Jaya
• R. Mardjo Kahar : Kr. Meratap Hati, Stb. Merana
3. Komponis Lagu Pop
• A. Riyanto : Kemuning, Mimpi Sedih, Angin Malam
• Zaenal Arifin : Teluk Bayur, Sebiduk Di Sungai Musi
• Is Haryanto : Sepanjang Jalan Kenangan, Hilang Permataku
• Melly Goeslow : Bunda, Jika, Ada Apa Dengan Cinta
• Iwan Abdurrahman : Flamboyan, Melati dari Jaya Giri
4. Komponis LaguKlasik/Seriosa
• C. Simanjuntak : Citra, Maju Indonesiaku
• F.A. Warsono : Senja Semerah Bara
• Ismail Marzuki : Wanita
• Syaiful Bachri : Lagu Untuk Anakku

Ciri-ciri Tari Daerah Jawa :)

1. Ciri-ciri tari daerah dari Jawa Timur
Ciri-ciri tari daerah dari Jawa Timur memiliki ragam gerak tang tegas, berwibawa dengan pandangan mata yang tajam, gerak tangannya patah-patah, langkah kakinya menapak kuat.
Raga gerak tari seperti ini nampaknya lincah, keras, dan ada sedikit gerak erotis seperti pada Tari Gandrung Banyuwangen. Ada pula kreasi baru seperti Tari Kang Potro yang mengadopsi gerak warok, namun lucu dan imitatif.
2. Ciri-ciri tari daerah dari Jawa Tengah
Ragam gerak tari daerah Jawa Tengah memiliki gaya peragaan yang berbeda antara Surakarta dan Yogyakarta. Di Surakarta ragam geraknya dinamis dan lebih komunikatif sedangkan di Yogyakarta ragam geraknya terkesan kaku, angkuh, serta berwibawa.
3. Ciri-ciri tari daerah dari Jawa Barat
Tari daerah Jawa Barat identik dengan Tari Sunda. Geraknya untuk penari putri lincah, energik, dan erotik. Gerakan pinggul dan pangkal bahu menjadi daya tarik yang kuat, langkah kakinya cepat dan ringan. Sedangkan gerak yang diperagakan penari putra banyak mengambil gerakan pencak silat.
Di daerah betawi,gerak penari putrinya lincah dengan lenggok-lenggokan badan dan ayunan serta seblakan selendangnya yang sangat khas. Di Cirebon, gerak tarinya terkesan patah-patah, lincah mengayunkan dengan menggunakan topeng.